SEJARAH
PERIODE KOLONIAL (1942-1945)
Pendidikan tinggi di Indonesia telah dimulai sejak masa kolonial Belanda. Salah satunya adalah Technische Hoogeschool yang berlokasi di Bandung, di mana perguruan tinggi ini menjadi perguruan tinggi teknik pertama Hindia-Belanda. Dengan kondisi sosial politik yang tidak stabil serta berakhirnya Perang Dunia II yang ditandai dengan tentara Belanda menyerah kepada tentara Jepang pada 7 Maret 1942, seluruh perguruan tinggi pemerintah Belanda akhirnya ditutup (Sumber: M. Sardjito, 1969). Hingga akhirnya dua tahun semenjak penutupan perguruan tinggi tersebut, pada tanggal 1 April 1944 pemerintah kolonial Jepang kemudian membuka perguruan tinggi dan diberi nama Bandung Koo Gyoo Dai Gaku. Perguruan tinggi Koo Gyoo Dai Gaku merupakan sekolah tinggi teknik yang memiliki tiga bagian, yaitu Bagian Sipil, Bagian Kimia, serta Bagian Mesin dan Listrik (Sumber: M Sardjito, 1969).
PERIODE AWAL BERDIRI (1946–1949)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan (DTSL), Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada lahir bersama-sama dengan Fakultas Teknik UGM dalam kancah revolusi perjuangan pendirian negara Indonesia. Riwayat Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan dapat dirunut ke masa kolonial Hindia Belanda. Saat itu, terdapat institusi pendidikan tinggi di bidang teknik Technische Hoogeschool yang berada di Bandung. Pada masa pendudukan Jepang, Technische Hoogeschool berganti nama menjadi Koo Gyoo Dai Gaku. Segera setelah Indonesia merdeka, Koo Gyoo Dai Gaku berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Teknik Bandoeng, yang selanjutnya dikenal sebagai STT Bandoeng.
Dengan penyerbuan tentara Sekutu ke kota-kota besar di Indonesia, termasuk kota Bandung, Sekolah Tinggi Teknik Bandoeng berhijrah ke Yogyakarta, yang pada waktu itu berstatus sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia. Secara resmi, STT Bandoeng di Yogyakarta dibuka pada tanggal 17 Februari 1946. Seperti halnya saat masih di Bandung, STT Bandoeng di Yogyakarta memiliki tiga Bagian yaitu Bagian Teknik Sipil, Bagian Teknik Mesin-Listrik, dan Bagian Teknik Kimia.
Pada 1946, STT Bandoeng di Yogyakarta berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Teknik Jogjakarta atau disingkat STT Jogjakarta. Kampus pun pindah ke kawasan Jetis. Dalam perkembangannya, STT Jogjakarta memiliki laboratorium yang berlokasi terpisah dari kampus Jl. AM. Sangaji Jetis, yaitu di kawasan Jl. Krasak Kotabaru dan Jl. Tentara Rakyat Mataram Pingit. Pada masa yang hampir bersamaan, pada bulan Januari 1946 di Yogyakarta dibentuk Universitas atau Balai Perguruan Tinggi (BPT) SwastaGadjah Mada. Namun STT Yogyakarta tidak menjadi bagian dari Perguruan Tinggi Swasta tersebut, karena STT Jogjakarta adalah lembaga pemerintah (negeri). Jadi merupakan perguruan tinggi negeri yang pertama di Yogyakarta.
Pasca pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Pemerintah Belanda, pada 19 Desember 1949, STT Jogjakarta digabungkan dengan Sekolah Tinggi Kedokteran dan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada (perguruan tinggi swasta) menjadi “Universiteit Negeri Gadjah Mada” atau dikenal sebagai UGM. Ex-STT Jogjakarta menjadi “Fakulteit Teknik Universiteit Gadjah Mada”, yang sering disingkat menjadi FAKULTAS TEKNIK UGM, dan tetap memiliki tiga Jurusan/Bagian yaitu Teknik Sipil, Teknik Mesin-Listrik, dan Teknik Kimia.
PERIODE PENINGKATAN MUTU (1950–1996)
Sejak
berdiri sampai tahun 1972 Jurusan Teknik Sipil berada di sebagian SMTA
Kotabaru, di separuh bagian selatan kompleks gedung Sekolah Teknik
Menengah Negeri di Jetis, Yogyakarta. Sejak tahun 1972 kantor dan ruang
kuliah Jurusan Teknik Sipil berada di Pogung, dan akhirnya sejak tahun
1993 memasuki kompleks Fakultas Teknik di Jalan Grafika 2 sampai
sekarang (Sumber: Fakultas Teknik, 2009).
Di bidang pendidikan, Jurusan Teknik Sipil pada mulanya mengikuti sistem pendidikan insinyur yang mempunyai kurikulum empat tahun, yang terdiri atas tingkat Propaedeuse (tingkat I), Kandidat (tingkat II), Doktoral I, Doktoral II. Pada saat itu kurikulum Jurusan (dahulu Bagian) Teknik Sipil memiliki dua pilihan minat studi, yaitu jurusan basah (bendungan, waduk, dan pengairan) dan jurusan kering (gedung, jalan, dan jembatan). Sejak tahun 1974 sejalan dengan mulai diberlakukannya sistem kredit maka Jurusan Teknik Sipil mulai memberikan nilai satuan kredit semester (SKS) pada setiap mata kuliahnya. Sejak saat itu juga mulai diberlakukan sistem jenjang Strata 1 (S-1), Strata 2 (S-2), dan Strata 3 (S-3).
Untuk
menambah tingkat partisipasi terhadap pendidikan, maka Jurusan Teknik
Sipil, selain melakukan pendidikan tingkat Sarjana (S-1), juga melakukan
pendidikan Magister (S-2), yaitu dengan membuka pendidikan tingkat
Pascasarjana pada tahun 1990 untuk minat studi Teknik Hidro/Pengairan,
tahun 1992 untuk minat studi Teknik Struktur. Di tingkat pendidikan S-1,
untuk memenuhi permintaan masyarakat dari tingkat pendidikan Diploma ke
jenjang Sarjana (S-1) maka Jurusan Teknik Sipil pada tahun 1994 membuka
program ekstensi, yang menerima mahasiswa lulusan Diploma III dengan
pengalaman kerja minimum 2 tahun untuk dididik menjadi Sarjana Teknik.
Penyelenggaraan Program Doktor Program Studi Teknik Sipil didasarkan
pada Surat Keputusan dari Dirjen DIKTI No. 580/DIKTI/Kep/1993 tertanggal
29 September 1993.
Sejak tahun 1993-2007 koordinasi
penyelenggaraan dan pengelolaan Program Doktor Program Studi Teknik
Sipil berada di bawah Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Program Studi Magister Teknik Sipil diresmikan dengan Surat Keputusan
dari Dirjen DIKTI Tanggal 29 September 1993.
PERIODE PENGEMBANGAN (1996–2000)
Dalam perjalanan lima tahun antara tahun 1996 sampai tahun 2000 Jurusan Teknik Sipil mengalami banyak perubahan antara lain ditandai dengan adanya beberapa dosen yang memasuki masa pensiun, dosen baru, selesainya dosen dalam menempuh pendidikan lanjut, maupun beberapa dosen yang mulai melakukan pendidikan lanjut. Selama periode 1996-2000 Jurusan Teknik Sipil mencatat beberapa prestasi yang dapat dibanggakan, yaitu dengan mendapatkannya sertifikat akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi dengan nilai A+ (Pembina) pada tahun 1998, serta terpilihnya sebagai Asia Pacific University Network Coordinator for Labour-Based Technology and Rural Transport. Guna meningkatkan lagi mutu pendidikannya, Jurusan Teknik Sipil sejak tahun 1999 menerima dana dari Quality for Undergraduate Education (QUE) Project, yang akan berlangsung selama 5 tahun (Sumber: Fakultas Teknik, 2012).
Jurusan Teknik Sipil membuka program magister baru yaitu Magister Sistem dan Teknik Transportasi pada tahun 1996 dan Magister Pengelolaan Sumber Daya Air pada tahun 1999. Berdasarkan SK Mendikbud No. 120/DIKTI/Kep/1998 tanggal 7 April 1998 program ini tidak lagi menjadi minat studi dan berubah menjadi Program Studi (Magister) Sistem dan Teknik Transportasi.
PERIODE PENINGKATAN MUTU DAN REKOGNISI INTERNASIONAL (2001–2020)
Dalam
pengembangan kurikulum pendidikan, DTSL selalu meninjau kurikulum setiap
5 tahun. Pengembangan tersebut disesuaikan dengan tuntutan dan
perkembangan yang ada khususnya dalam merespons isu-isu terkini
khususnya bidang teknik sipil.
LAB
- Laboratorium Transportasi
- Laboratorium stuktur
- Laboratorium Hidraulika
- Laboratorium Mekanika
- Laboratorium bahan bangunan
- Laboratorium penyehatan dan lingkungan
- Laboratorium komputasi
PROGRAM STUDI
A. LATAR BELAKANG
Pendirian Program Studi Sarjana Teknik
Infrastruktur Lingkungan (TIL) di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada sesuai SK BAN PT
no.995/BAN-PT/LL/2021 dan SK Rektor UGM no. 926/UN1.P/KPT/HUKOR/2021
serta didorong oleh faktor eksternal dan internal sebagai berikut:
1. FAKTOR EKSTERNAL
-
- Pemerintah Indonesia meluncurkan gerakan 100-0-100 (100% akses air minum – 0% luas kawasan kumuh perkotaan – 100% akses sanitasi).
- Pemenuhan target Sustainable Development Goals khususnya tujuan nomor 3, 6, 11, 13 dan 15 mengharuskan pengembangan infrastruktur air minum, sanitasi, drainase dan pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.
- Adanya isu-isu lingkungan di Indonesia seperti permasalahan banjir, pencemaran sungai, pemanasan global, dan permasalahan sampah. Indonesia penyumbang sampah plastik ke laut terbanyak kedua setelah China. Untuk itu pembenahan manajemen pengelolaan dan dukungan infrastruktur sangat diperlukan.
- Proyeksi berdasarakan BAU (Business as Usual) menunjukkan masih akan ada 70 juta orang tanpa akses air minum yang layak jika skenario percepatan pembangunan akses tidak dilakukan (intervention scenario).
- Kebutuhan lulusan bidang infrastruktur lingkungan masih tinggi sementara program studi Teknik infrastruktur lingkungan masih terbatas. Mengingat pembangunan ke depan akan semakin memerlukan pemenuhan infrastruktur lingkungan, kebutuhan SDM bidang infrastruktur lingkungan akan terus meningkat.
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM telah memiliki rekam jejak yang panjang dalam pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang infrastruktur lingkungan.
-
- Pendirian Prodi Sarjana TIL sudah tercantum dalam Rencana Induk Akademik (RIA) Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan (DTSL) yang dikembangkan dengan pendekatan problem-solver untuk menyelesaikan masalah infrastruktur lingkungan, terutama: pemenuhan air minum, pengelolaan sampah dan air limbah, pengelolaan drainase, serta pengelolan permasalahan lingkungan lainnya.
- Penyelesaian permasalahan lingkungan telah menjadi bagian dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan sebagai tempat untuk melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi dosen dan mahasiswa Teknik Sipil.
- Untuk menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur harus dilandasi dengan pemikiran aspek lingkungan secara holistik dan komprehensif berdasar pendekatan pembangunan lingkungan berkelanjutan.
- DTSL memiliki banyak guru besar, dan seluruh dosen yang akan mengajar di prodi teknik infrastruktur lingkungan berkualifikasi S3.
- Kerjasama internasional juga telah dilakukan dengan perguruan tinggi kelas dunia dari Singapura, Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa.
Prodi Teknik Infrastruktur Lingkungan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM memiliki visi:
- Menjadi institusi pendidikan tinggi di bidang teknik sipil yang bertaraf internasional dan menghasilkan lulusan yang andal dan bermoral, profesional, berkompeten, dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat.
- Menjadi landasan dalam pengembangan visi Prodi Sarjana TIL, yaitu “Menjadi program studi berkelas dunia yang menghasilkan lulusan unggul dalam pengembangan infrastruktur lingkungan”.
- Berbasis kerakyatan dan kearifan lokal yang mengedepankan sumber daya manusia dan sumber daya alamnya
- Menghidupkan ide-ide cemerlang, bekerja dan menghasilkan karya yang memberikan manfaat bagi kesejahteraaan masyarakat dengan menggunakan sumber daya alam secara bijaksana dan berkelanjutan.
Prodi Teknik Infrastruktur Lingkungan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM memiliki misi:
- Menghasilkan lulusan yang berintegritas, profesional, kreatif, bermoral dan mampu beradaptasi serta tanggap terhadap lingkungan
- Menghasilkan lulusan yang berwawasan ketekniksipilan serta siap berkiprah dalam pembangunan infrastruktur penyediaan air minum, pengelolaan sanitasi lingkungan (pengelolaan air limbah dan sampah), drainase, serta pengendalian pencemaran udara dan permasalahan lingkungan lainnya di Indonesia dan siap berkompetisi di tingkat dunia.